Aku selamanya menemui senja dan tak pernah bertatap muka dengan
fajar. Aku senantiasa dengan deburan ombak dan kamu diselimuti kabut. Di antara
kita terbujur rasi bintang yang membentuk anak panah. Rumpun bintang itu bukan
menggantung di langit, melainkan melayang di atas jalanan kota. Ujung anak
panah itu mengarah pada kamu berada, di kaki sebuah gunung perkasa.
Suatu saat kita tak sengaja bertemu di tengah kota yang
langit-langitnya serupa aurora. Kita tak sengaja duduk berdua di bawah kanopi.
Wajahku sesendu senja dan senyummu menyimpan kerling fajar. Bulan terasa sangat
dekat dengan bumi. Kita mengunjungi sebuah menara kunang-kunang. Kunang-kunang
muda berwarna kehijauan dan yang tua kuning menyala. Sehari semalam kita
bersama menatap kunang-kunang melayang di atas kepala lalu jelang fajar
kelompok kunang-kunang itu jatuh satu per satu dan tak pernah bangkit lagi.